Tag

, , , , , , , ,

Gerah. Begitu suasana Kelas ‪#‎Doraemon‬ siang itu..

Kipas tak pernah nyala, eh muter.. Nyala mah lampu. Menambah suasana hareudang dan sedikit pengap dengan bertambahnya warga yang datang. Menyebalkan, begitu kira-kira ungkapan yang ada di kepala salah satu warga kelas itu, pemilik model rambut gaya mie goreng..

Tapi, itu tak lama.. Dan, itu sungguh biasa. Sangat biasa…

Yang ada adalah candaan luar biasa gaya khas Kelas itu, yang satu membegal teman yang lainnya. Seperti, saat Suneo datang. Gaya jalannya, membuat hati tak karuan…

“Aku dataaang….” begitu lambaian tangannya memberi isyarat nan dahsyat. Seolah-olah mengatakan, “Inilah aku, Suneo Honekawa (骨川スネ夫) punya gaya..”

“Suneooo….” teriak teman yang duduk di barisan keempat kelas itu…

“Haaa… Suneo.. Rambutnyaaa…” teriak teman yang lainnya..

Selanjutnya, suasana kelas kembali normal, pelajaran berjalan seperti biasa. Sesekali terselingi canda dan beberapa pertanyaan dari beberapa warga kelas itu kepada Ibu Gurunya..

“Pertanyaan menyebalkan. Tau udah sore gini, nggak kelar kelar..” gumam gusar seorang murid yang lain sembari menyandarkan kepala ke penyangga kayu di belakangnya..

Hingga terdengar olehnya pertanyaan yang entah dari mana datangnya…

“Di sini tertulis: ‘…percaya kepada orang lain…’ Maksudnya apa? Percaya apa? Masak kepada orang lain, tau-tau percaya… Percaya apa?”

Sempat terjadi saling balas jawaban, tak ada ujungnya…

“Percaya apa?” pertanyaan itu diulang lagi…

“Percaya, bahwa kau mencintaiku…” celetuk murid malas itu tanpa berpikir panjang..

Bubar…

Rupanya, jawaban asal itu membuat puas seluruh warga kelas, buktinya mereka tertawa dan berhasil membuat kelas selesai..

 

********

 

Suasana kelas yang bercampur antara laki-laki dan perempuan, seperti yang terjadi di Kelas Doraemon dalam kisah di atas seringkali melahirkan kisah unik; mengukir kisah sendiri, menciptakan alur kehidupan yang tak terbayangkan bagi mereka sebelumnya..

Semangat yang ada, terkadang bisa dilatarbelakangi banyak hal. Kekaguman kepada lawan jenis, mungkin menjadi salah satu bibit subur yang menghentak pikiran dan sangat mengganggu lamunan. Tak terkecuali, hal ini mampu mendorong seseorang untuk tampil lebih agamis dan memberikan semangat kepada seseorang untuk mendalami ilmu agama. Dan, ini pasti sering terjadi… Tak usah mungkir, Dul…!

Seorang mahasiswa kagum dengan rekan mahasiswi yang nampak pandai, lemah lembut, kelihatan cerdas, hingga dia berangan-angan ingin mempersuntingnya kelak. Menjadi gambaran tak terelakkan bagi sebagian anak muda itu..

Sebaliknya, seorang mahasiswi bisa saja kagum pada teman mahasiswanya yang lebih gagah dan lebih tampan dari Suneo. Sampai-sampai, ia berharap lelaki itu mau mempersuntingnya kelak..

Begitulah urusan hati. Ia terbolak-balik. Siapakah yang tak kagum dengan rekan kelas, atau kakak tingkat yang shalih, tampan, kokoh dalam ilmu dan ibadah, lagi tangkas berorganisasi?

Siapalah yang tak kagum dengan rekan kelas, atau adik tingkat yang berhijab sempurna, rajin mengaji, mulai menata diri dalam rengkuhan iman?

Niat hati untuk lebih memahami agama, bisa jadi terawali bukan semata kartena Allah. Tapi, ada hal lain yang membuatnya berbinar, seakan ada kekuatan lain yang membuatnya kuat bak Nobita yang selalu punya jalan lain dengan Kotak ajaib milik Doraemon yang selalu menyertainya..

Ini wajar, walaupun keliru..

Kesalahan terbesar adalah tetap berada dalam carut marut niat yang keliru dan salah arah.

Begitulah.. Allah yang telah menentukan alur awal, bagaimana setiap kejadian itu ada, yang terkadang menjadi jalan hidayah bagi sebagian kita..

Sekali lagi, terus menerus dalam buruknya niat adalah sesuatu yang tidak benar..

Dan, demikian sebagian para salaf dahulu. Sebagian mereka memiliki niat bukan semata karena Allah di awalnya, hingga mereka berujar:

“Dahulunya kami menuntut ilmu bukan karena Allah. Namun, ilmu enggan (masuk ke hati), kecuali setelah diniatkan kembali karena Allah…”

Maka, dengan semakin bertambahnya ilmu, tentu kita berharap semakin berkualitasnya kefaqihan dan semakin kuat pula niat kita tertata karena Allah semata.

Di hadapan para mahasiswanya, Syaikh Samiy berwejang:

“Keadaan terburuk seorang hamba adalah saat apa yang dia lakoni bukan karena Allah..”

 

| ‪#‎Sukoharjo‬, 16 Jumada Al Akhirah 1436 H | 4 April 2015 M
| ‪#‎AbuLaylaSupry‬ | Sedikit pinjam status lama Kang Mas Ustadz Aboe Syazwiena dengan sedikit edit.. Itu tuh yang di bawah bintang..
| cc: Sekumpulan anak muda gaya: Bank Fahro Rahman Hakiem Mozbec Elqudsy ‘n Friends | Eh, maaf, ‪#‎SalahPencet‬
| Hanya rindu, tapi… Sedikit lelah…